Hadirinpun terus bertambah untuk menyimak kajian yang bertema " Perkembangan dan Peta Pemikiran Islam Indonesia 1900-2000″. Selepas moderator yang juga sebagai Pupuhu DKM Ulul Abshor, Irfan membuka acara pemateri langsung mengajak hadirin menziarahi alam pikiran Ulama-ulama Nusantara. Menyusuri jejak pemikiran Ulama Nusantara, Kang Tiar Maulidan Sholawatan, Tahlilan, Adalah Tradisi Islam di Nusantara Berzanji / Barzanji ialah merupakan doa-doa, puji-pujian & pen Ziarah Kubur Adalah Tradisi Islam di Nusantara. Ziarah kubur merupakan tradisi Islam & merupakan untukan dr ritual keagamaan. Ritual ziarah kubur terutama kepada para Nabi & or 3 Sebutkan tiga prinsip Islam dalam memandang sebuah budaya! Kunci Jawaban Soal PAI Kelas 9 SMP MTS Halaman 257 Soal Esai, Menelusuri Tradisi Islam di Nusantara. Alternatif jawaban : Prinsip Islam dalam memandang sebuah budaya : (1) Tidak melakukan pelanggaran atas berbagai macam bentuk ketentuan mengenai hukum halal dan haram. TradisiIslam di Nusantara digunakan sebagai metode dakwah para ulama zaman itu. Para ulama tidak memusnahkan secara total tradisi yang telah ada di masyarakat. Mereka memasukkan ajaran-ajaran Islam ke dalam tradisi tersebut, dengan harapan masyarakat tidak merasa kehilangan adat dan ajaran Islam dapat diterima. Berperilakumelestarikan tradisi Islam Nusantara dalam kehidupan sehari-hari dengan benar. Persiapan Mempersiapkan media/alat pembelajaran. Pembelajaran dimulai dengan guru mengucapkan salam dan berdoa bersama, dilanjutkan dengan memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan disesuaikan dengan metode yang akan digunakan. MenelusuriTradisi Islam di Nusantara. April 12, 2021 No comments . Download PAI Kelas 9 BAB 12 t7GVZP. 86% found this document useful 7 votes2K views18 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsPDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?86% found this document useful 7 votes2K views18 pagesMakalah Menelusuri Tradisi Islam Di NusantaraJump to Page You are on page 1of 18 You're Reading a Free Preview Pages 7 to 16 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. - Masuknya Islam ke Nusantara melalui dua cara, yaitu dikenalkan oleh para pedagang Muslim Arab dan lewat aktivitas dakwah dari para ulama. Saat para ulama pertama kali mendakwahkan Islam di Nusantara, sempat terjadi benturan antara ajaran Islam dengan adat istiadat setempat. Menurut sejarah, jauh sebelum Islam masuk ke Nusantara, masyarakat memang sudah lebih dulu meyakini agama Hindu-Buddha dan budayanya sudah mengakar hal itu, para dai Islam tidak lantas berusaha memusnahkan tradisi masyarakat yang sudah ada, melainkan menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Percampuran antara ajaran Islam dengan adat istiadat setempat inilah yang melahirkan berbagai tradisi Islam di Nusantara. Berikut ini sejarah tradisi Islam di juga Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia Sejarah tradisi Islam di Nusantara Sebelum Islam masuk ke Nusantara, agama Hindu-Buddha sudah lebih dulu berkembang, diperkirakan sejak abad ke-2. Masuknya agama Hindu-Buddha ke Nusantara dibawa oleh para pedagang dan pendeta dari India serta China, melalui jalur darat dan laut. Sejak saat itu, masyarakat mulai mengenal agama Hindu-Buddha dan kemudian meyakininya. Dalam perkembangannya, masyarakat Nusantara pun memiliki budaya, adat, serta tata cara hidup sesuai ajaran Hindu-Buddha. Daftar Isi1. Tradisi Nusantara Sebelum Islam2. Akulturasi Budaya Islama. Pengertian Akulturasi3. Melestarikan Tradisi Islam di Nusantara 1. Tradisi Nusantara Sebelum Islam Jauh sebelum Islam masuk dan berkembang di Nusantara, masyarakat telah memiliki keragaman budaya dan sebelum agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia masyarakat telah memiliki kepercayaan kepada benda-benda alam dan ruh nenek upacara ritual dilakukan sebelum melakukan kegiatan ritual sebelum melaksanakan hajatan, kelahiran, perkawinan, kematian dan lain sebagainya. 2. Akulturasi Budaya Islam a. Pengertian Akulturasi Akulturasi merupakan proses percampuran antara unsur kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain sehingga terbentuk kebudayaan yang baru tanpa menghilangkan sama sekali ciri khas masing-masing kebudayaan lama. Kedatangan ajaran Islam di Nusantara juga mengalami proses akulturasi dengan kebudayaan Nusantara saat itu. Islam sejatinya tidak akan menolak budaya dan tradisi lokal, dengan syarat Tidak melanggar ketentuan hukum halal-haram. Tidak mendatangkan mafsadat. Sesuai dengan prinsip al-Waladan al-Bara` b. Ragam Budaya Nusantara yang Terakulturasi oleh Islam ¬- Nama-Nama Bulan dalam Jawa – Seni Bangunan Masjid – Seni Ukir dan Kaligra! – Seni Tari – Seni Musik – Seni Pertunjukan – Seni Sastra – Kesenian Debus 3. Melestarikan Tradisi Islam di Nusantara Ada beberapa tradisi islam di Nusantara yang mesti dilestarikan turun temurun, antara lain Halal BihalalTabot atau TabuikKupatanSekaten Tumpengdan yang lainnya Back to top button Berikut ini akan dijelaskan secara singkat tentang proses perkembangan islam di indonesia, perkembangan islam di indonesia, perkembangan tradisi islam di berbagai daerah, tradisi islam nusantara, tradisi islam di nusantara, sejarah tradisi islam nusantara, sejarah tradisi islam di nusantara, tradisi islam, menelusuri tradisi islam di nusantara. Pada masa sebelum datangnya Islam, pusat-pusat pemerintahan kerajaan di Indonesia umumnya memiliki tanah lapang yang luas alun-alun. Di empat penjuru tanah lapang itu terdapat bangunan-bangunan penting, seperti keraton, tempat pemujaan, dan pasar. Jika dilihat dari sudut arsitektur, masjid kuno beratap tingkat meru misalnya beratap dua yaitu masjid Agung Cirebon, masjid Katangka di Sulawesi, masjid Muara Angke, Tambora dan Marunda di Jakarta; masjid beratap tiga yaitu masjid Demak, Baiturrahman Aceh, masjid Jepara; dan masjid beratap lima yaitu masjid Agung Banten. Masjid kuno Indonesia yang mempunyai atap bertingkat telah mengundang pendapat beberapa ahli yang mengatakan bahwa hal itu merupakan kelanjutan dari seni bangunan tradisional Indonesia lama. Ada beberapa bukti yang mendukung pendapat itu, di antaranya sebagai berikut. Bangunan-bangunan Hindu di Bali yang disebut Wantilan atapnya juga bertingkat. Relief yang ada di candi-candi pada masa Majapahit juga terdapat ukiran yang menggambarkan bangunan atap bertingkat. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa telah terjadi akulturasi antara seni bangun tradisional Indonesia dengan seni bangun. Dalam seni ukir dan lukis terjadi akulturasi antara seni ukir dan seni lukis Islam dengan seni lukis dan seni ukir tradisional Indonesia yang dapat kita jumpai pada bangunan masjid-masjid kuno dan keraton. Ukir-ukiran yang biasa dipahatkan pada tiang-tiang, tembok, atap, mihrab, dan mimbarnya dibuat dengan pola makara dan teratai. Dalam perkembangan selanjutnya, muncul pula seni kaligrafi, yaitu seni melukis indah dengan huruf Arab. Dalam seni tari dan seni musik juga terjadi akulturasi yakni beberapa upacara dan tarian rakyat. Di beberapa daerah ada jenis tarian yang berhubungan dengan nyanyian atau pembacaan tertentu yang berupa selawat atau slawat kompang. Bentuk-bentuk tarian itu misalnya permainan dabus dan seudati. Permainan dabus adalah suatu jenis tarian atau pertunjukan kekebalan terhadap senjata tajam dengan cara menusukkan benda tajam tersebut pada tubuhnya. Tarian ini diawali dengan nyanyian atau pembacaan Alquran atau selawat nabi. Permainan ini berkembang di bekas-bekas pusat kerajaan seperti Banten, Minangkabau, Aceh. Adapun seudati adalah seni tradisional rakyat Aceh yang berupa tarian atau nyanyian. Pertunjukan dilakukan oleh sembilan atau sepuluh orang pemuda dengan memukul-mukulkan telapak tangan ke bagian dada. Dalam seudati pemain juga menyanyikan lagu-lagu tertentu yang isinya berupa selawat pujian kepada nabi. Selain seni tari, juga berkembang seni musik yang berupa pertunjukan gamelan. Pertunjukan ini biasa dilakukan pada upacara Maulud, yaitu peringatan untuk menghormati kelahiran Nabi Muhammad saw. Pada peringatan ini, selain dinyanyikan pujian-pujian kepada Nabi Muhammad saw. juga diadakan pertunjukan gamelan dan pencucian benda-benda keramat. Upacara ini biasanya dilakukan di bekas pusat kerajaan, seperti Yogyakarta dan Surakarta yang disebut Gerebeg Maulud. Upacara semacam ini di Cirebon biasa disebut Pajang Jimat. Upacara ini biasa disampaikan dengan gemelan yang disebut Sekaten. Masuknya kebudayaan Islam juga berpengaruh besar terhadap seni bangunan makam. Bangunan makam pada orang yang meninggal terbuat dari batu bata tembok yang disebut jirat atau kijing. Di atas jirat itu, khususnya bagi orang-orang penting didirikan sebuah rumah yang disebut bangunan makam berupa jirat dan cungkup yang biasanya dihiasi dengan seni kaligrafi seni tulisan Arab yang indah. Makam tertua di Indonesia yang bercorak Islam ialah makam Fatimah binti Maimun di Leran tahun 1082 dan diberi cungkup. Dinding cungkup diberi hiasan bingkai-bingkai mendatar mirip model hiasan candi. Makam lain yang penting, antara lain makam Sultan Malik al Saleh di Samudra Pasai, makam Maulana Malik Ibrahim, dan makam para wali dan sultan yang lain. A Redação • Tempo de leitura ~5 minutos • Publicado em 23/11/2021 BrasilHistória A página História Islâmica está recontando os fatos que conectam a cultura nordestina com o legado dos muçulmanos mouros na Europa. O legado deixado pelos muçulmanos no nordeste brasileiro vai desde a comida, passando pela música e arquitetura e contempla até os trajes típicos. Por ser a primeira região colonizada e uma das últimas a passar pela globalização, as marcas do Islam foram muito preservadas no nordeste. Muitas pessoas que estão acostumadas a estudar as heranças culturais do Brasil sabem que o país possui muita influência dos nativos indígenas, europeus e africanos, que formam a base cultural de quase todas as regiões do país. O que é difícil de imaginar é que, dentro disso, há um legado quase silencioso deixado pelas civilizações islâmicas, que moldariam principalmente as expressões que surgiram no nordeste. Entretanto, é um fator curioso se pensarmos que os legados islâmicos mais marcantes da história nordestina foram estabelecidos de um povo católico - os portugueses. A contínua presença desses europeus no território brasileiro, que por muitos anos foi dominado por eles, gerou expressões culturais diversas na cozinha, música, arquitetura e nos trajes típicos. Tudo isso possui marcas deixadas pelo Islam na península ibérica. Como o Islam “Chegou” ao Nordeste Todas essas curiosidades estão chegando a um grande público novamente através do trabalho da página História Islâmica que, entre outubro e novembro, criou publicações falando um pouco sobre a herança nordestina dos portugueses que, na verdade, vieram dos mouros que povoaram e governaram boa parte da península ibérica entre os séculos VIII e XV e perderam o domínio para os portugueses poucos anos antes de eles chegarem ao Brasil. Somente em 1492, a cidade de Granada, o último território dos mouros na península ibérica, foi conquistado pelos cristãos. No entanto, os muçulmanos continuariam naquela região ao longo do século XVI, mesmo sob o governo dos católicos. Enquanto isso, o Brasil foi descoberto em 1500 e, na metade do século, a colonização se intensificaria, o que significa que a presença islâmica no mediterrâneo europeu coexistiu com a chegada dos portugueses na América do Sul. De acordo com o curador da página História Islâmica, Mansur Peixoto, essa cronologia de eventos foi fundamental para o surgimento da cultura nordestina “Por ter sido a primeira região a ser colonizada e a última a ser globalizada quando falamos de Brasil, isso proporcionou uma cápsula do tempo para que este legado cultural se preservasse de maneira mais forte no Nordeste”, afirmou. Expressões Influenciadas Pelo Islam A pesquisa feita pela página mostrou coisas muito interessantes, como os símbolos encontrados no castelo de Alhambra presente no chapéu dos vaqueiros, usados inclusive por figuras como os cangaceiros; o gibão que veio das túnicas dos árabes chamadas de jubbah; o cobogó vindo dos muxarabis andaluzes; e até mesmo as expressões musicais, como a trilogia sertaneja, com o pífano, rabeca e viola, que possuem origens andaluzes. A página História Islâmica também lembrou que alguns artistas populares da música brasileira, como Belchior e Xangai, que já mencionaram a origem árabe do aboio, o canto de condução dos gados dos boiadeiros, que foi influenciado pelo azan, o chamado da oração islâmico. A influência já virou até obra de literatura, como a Pedra e o Reino, de Ariano Suassuna, que também inspirou a construção do Castelo Armorial, em São José do Belmonte, Pernambuco. Em muitos casos, os muçulmanos podem ter contribuído diretamente para a cultura brasileira, sem intermédio dos católicos. “As vias de transmissão foram diversas. Se deu tanto pelos próprios portugueses cristãos como por cripto muçulmanos, não só no Brasil como em toda a América Latina. Sua presença é bem documentada, bem como sua caça e morte. Então, sim, havia muitos muçulmanos por aqui”, diz Mansur. No entanto, os conteúdos da página também revelam que a herança islâmica também está presente em algumas expressões de outras religiões do Brasil. Um exemplo são os muçulmanos expulsos da Espanha, que tiveram uma grande importância para o surgimento de diversas características da cultura gaúcha, como as vestimentas e a cavalaria. Isso ocorre principalmente porque essas influências estavam muito presentes na Espanha e em Portugal. “Mas um olhar pelo nordeste faz os pesquisadores perceberem que o legado islâmico foi muito mais preservado naquela região. Ainda que haja expressões culturais notáveis, como no Rio Grande do Sul, que passa a ser povoado por mouriscos espanhóis, fruto das grandes deportações, o nordeste foi a região que mais recebeu e conseguiu guardar este legado”, concluiu Mansur. Links Para Leitura Revolta dos Malês Minissérie Exibe Marco do Islam no Brasil Islam Proibido – A Revolta dos Malês na Bahia Al Baghdádi Um Imam no Brasil na era da escravidão

menelusuri tradisi islam di nusantara